Featured

    Featured Posts

SEBENARNYA SAMA MUDAHNYA 4/19

Padahal sebenarnya, kalaupun ada Sang Guru itu, peran beliau tidak lebih hanyalah sekedar sebagai penunjuk arah kesadaran yang PAS saja bagi kita pada SAAT AWAL perjalanan kita agar kita bisa keluar dari wilayah ketidaksadaran yang telah kita tempati sekian lamanya. Beliau hanyalah menunjukkan agar kita bisa duduk di rumah kita sendiri dengan sadar, sekali lagi dengan sadar

Dulu, saat saya punya masalah, saya juga pernah datang kepada pak Haji Slamet Utomo dan utdz Abu Sangkan untuk minta didoakan agar masalah saya teratasi. Sambil tersenyum arif Beliau berkata: Allahmu manaaa..?. Suatu saat saya gelisah dan khawatir tentang sesuatu hal, lalu saya datang kepada Beliau untuk minta didoakan, Beliau kembali ! hanya berkata lembut dan mengena sekali: ada masalah apa engkau dengan Allah?, sehingga Allah tidak berkenan kepadamu... Sungguh dua kalimat inilah yang paling dalam menancap kedalam pikiran dan perasaan saya sampai saat ini. Kalimat tauhid banget

Dalam pertemuan demi pertemuan saya selanjutnya dengan orang tua saya yang sangat saya hormati Pak Haji Slamet Utomo dan Utdz Abu Sangkan seringkali Beliau hanya mengajak saya untuk duduk didalam benteng Allah laa ilaha illalhah, DERR, DERR, DERR!, lalu beliau berpesan kepada saya:

Nah duduklah kamu disini, didalam benteng Allah, dirumahmu, diamlah dengan sabar (patien) seperti sabarnya seorang pasien dirumah sakit menunggu dokter yang akan memeriksa dan mendiagnosa penyakitnya. Kamu harus begitu pula. Sabar, patien. Duduklah dengan santun, merendah, dan DIAM. Karena saat itu kamu memang sedang berduaan dengan Allah. Saat itu kamu sedang menunggu-nunggu suatu petunjuk atau pengajaran dari-Nya. L! alu kemudian, saat pengajaran Allah itu TURUN, DERR, DERR, la! lu kamu bacalah, iqraa lah, apa-apa yang diajarkan Allah kepadamu itu, sampai kamu paham. Sampai paham

Ulang-ulang lah kamu duduk dirumahmu sendiri. Sebab kalau tidak diulang-ulang, nanti kamu akan lupa dan bingung untuk masuk kembali kerumahmu sendiri. Kamu jangan lupa lagi rumahmu ini
Aku juga punya rumah sendiri. Aku juga akan duduk dirumahku sendiri. Syukur-syukur kamu bisa mampir dan singgah kerumahku, sehingga kamu bisa menjadi temanku, teman seperjalananku.

Sederhana sekali yang Beliau ajarkan. Beliau sampaikan dulu ilmunya melalui sebuah wejangan singkat dan tidak rumit, tentu saja ada dasarnya didalam Al Quran dan Al Hadist. Lalu Beliau mengajak saya berlatih memasuki suasana atau keadaan dari ilmu tersebut DERR. Kemudian saya duduk bersama Beliau beberapa saat, bisa 10 menit atau bisa pula 1 jam atau lebih, diwilayah realitas ilmu tersebut. Jadi ada ilmunya dan ada pula realitasnya. Ilmu itu ternyata mewakili sebuah realitas. ! Saya jadi yakin bahwa Al Quran itu adalah dari Allah, dan Muhammad SAW adalah memang Rasulullah.

Alhasil saya bisa pulang kerumah dengan lengkap dan utuh, walau kadang-kadang saya ada TELMInya juga. Sebab adakalanya ilmu dan wejangannya sudah saya dapat, tapi realitas keadaan dan suasananya baru saya pahami beberapa jam kemudian, atau beberapa hari kemudian, atau bisa pula beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun kemudian. Tapi kegagalan itu tidak menjadi masalah bagi saya, karena memang bukan Beliau kok yang berhak untuk mengajari saya. Hanya Allah lah yang berhak mengajari dan menuntun saya untuk memahami apa-apa yang tidak saya ketahui.

Dengan Beliau, Al Quran Al Hadist itu tidak ditafsirkan atau tidak dibahas panjang lebar. Ilmu itu tidak dibahas menurut tafsiran imam ini, imam itu, ulama ini ulama itu. Tidak dibahas sanadnya, tidak dibahas fiqihnya, tidak mutar-mutar nggak karuan dalam permainan kata dan kalimat. Sebab Al Quran itu ! memang hanya memuat hal-hal yang sederhana saja. Al Quran adalah BENIH! ILMU. Bahwa apapun ayatnya, kita akan selalu dibawa untuk MEYAKINI atau MENGIMANI ALLAH. Kalau tidak beriman kita akan hidup sengsara didalam alam kepedihan, atau sebaliknya kalau beriman kita akan hidup didalam alam kesukacitaan dan berkelimpahan.

Selanjutnya kita tinggal melaksanakan saja satu AMAL ke AMAL berikutnya sebagai tanda bahwa kita memang sudah beriman kepada Allah. Untuk mengetahui amal apa yang baik dan benar, ya kita lihat saja amal seperti apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat Beliau dulu. Kita lihat beberapa Al Hadist saja dulu. Kita nggak perlu harus hafal ribuan hadist dulu untuk beramal itu. Sebab MUATAN Al Hadist itu juga sangat sederhana sekali kok. Al hadist itu memberi tahu kita bagaimana amal atau perbuatan Rasulullah untuk memupuk keimanan Beliau kepada Allah; bagaimana Beliau berbuat baik kepada sesama manusia sehingga orang-orang percaya bahwa Beliau memang adalah Rasulullah; bagaimana Beliau memperla! kukan alam dengan santun; dan bagaimana cara-cara Beliau menyelesaikan berbagai problematika hidup dizaman Beliau dulu. Al Hadist itu sungguh hanya memuat hal-hal yang manusiawi sekali. Nah, kita tingal lakukan saja hal-hal yang manusiawi itu SATU PERSATU sesuai dengan KEMAMPUAN kita dan ZAMAN kita sekarang.

Kalau kebanyakan kita kan nggak begitu, walau kita seringkali membaca Al Quran namun kita tidak sampai TERBAWA masuk ke wilayah IMAN dan YAKIN kepada ALLAH. Kita juga seringkali membahas Al Hadist sampai berjam-jam, namun kita nyaris tidak melakukan apa-apa untuk memperkaya peradaban dizaman kita. Kita ada dan hidup dizaman sekarang, namun kita seperti tiada. Kita seperti entah sedang berada dimana

Demikianlah, berbilang hari dan tahun berlalu. Satu persatu KEADAAN demi KEADAAN, SUASANA demi SUASANA yang mewakili AYAT PERAYAT didalam Al QURAN, seperti menyata. Misalnya, untuk sepotong ayat Al Quran tentang kata IMAN kepada ALLAH saja, y! ang dulunya saya sangka akan sangat begitu sulit untuk saya dapatkan d! an pahami maknanya, ternyata memahami dan memaknai kata IMAN itu sama mudahnya dengan memahami dan memaknai kata KAFIR atau TIDAK IMAN.

Ya, ternyata untuk BERIMAN dan TIDAK BERIMAN (KAFIR) kepada Allah itu sama mudahnya. Karena masing-masing kata itu punya KEADAANNYA sendiri-sendiri. IMAN punya KEADAANNYA sendiri dan KAFIR juga punya KEADAANNYA sendiri. Jadi untuk beriman atau tidak itu hanya dan hanya ada dua keadaan saja, yaitu KEADAAN IMAN dan KEADAAN KAFIR. Namun dua keadaan itu tidak akan pernah bisa bersatu sepanjang masa. Kitapun ternyata tidak bisa pula hidup dikedua keadaan itu sekaligus. Kita hanya bisa hidup dalam suasana kafir saja atau dalam suasana beriman saja pada waktu tertentu. Hanya satu saja pilihan kita dari dua keadaan itu pada suatu saat tertentu. Keadaan Beriman saja ATAU Keadaan Kafir saja.

Atau kalau didalam otak kita kata kafir itu sangat menakutkan dan sadis amat, kata itu bisa kita ganti dengan kata tidak berima! n, atau ragu-ragu, atau was-was. Walaupun kata-kata itu berbeda, tapi keadaannya tetap SAMA, yaitu TIDAK YAKIN. Jadi tidak ada itu yang namanya separo iman dan separonya lagi was-was atau ragu-ragu. Kita tinggal nyemplung saja kedalam suasana IMAN atau masuk kedalam keadaan KAFIR (atau TIDAK YAKIN).

DERR, tiba-tiba saja kita sudah nyemplung berada dalam keadaan IMAN kepada Allah yang sangat pekat dan penuh dengan rasa SUKACITA dan BERKELIMPHAN. Atau DESS, tiba-tiba saja sudah tercebur kedalam keadaan KAFIR, TIDAK IMAN, RAGU-RAGU, WAS-WAS kepada Allah yang akibatnya adalah hidup dan kehidupan kita akan dipenuhi oleh rasa KEPEDIHAN dan KESEMPITAN.

Bersambung

Deka

Posting Komentar

bolanity.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Copyright © All In One Shop | Blogger Templates