Perkembangan Sosial Anak di Awal Sekolah

Keterampilan berkomunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan sosial anak. Kecerdasan mengutarakan pikiran dan perasaan melalui kata kata, serta menerima dan menanggapi pendapat orang lain, sangat besar manfaatnya dalam menentukan keberhasilan pergaulan seorang anak. Mereka cenderung mampu dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan yang baru saja dikenal. Lingkungan barunya pun demikian, akan cenderung merespon dengan baik ketika berhadapan dengan anak yang mudah bergaul seperti ini.

Sebaliknya apabila anak tidak mempunyai komunikasi yang baik, ia lebih mudah merasa terasing. Pembawaan anak cenderung tertutup, mengalami kesulitan menghadapi situasi baru atau situasi yang tidak dikenal dengan baik. Dia juga sering merasa tidak aman, perasaan seperti ini terlihat cukup menonjol, sehingga anak selalu membutuhkan dukungan dari orang lain terutama orang tua, saudara, atau teman yang sudah lama ia kenal.

Harapan untuk selalu bersama dengan orang yang dikenalnya dimaksudkan agar ia mendapat kepastian bila terjadi sesuatu, masih ada orang yang bisa dimintai pertolongan dengan segera. Hal ini juga untuk menguji dirinya sendiri apakah ia cukup aman berada dilingkungan barunya. Biasanya jika rasa aman sudah ia peroleh, anak dengan sendirinya akan melepaskan diri dari ketergantungannya dengan orang lain.

Rangkaian kalimat diatas sangat terlihat ketika anak memasuki awal sekolah. Ketika dirumah ia merasa a! man. Seh ingga ia tidak kesulitan untuk mengekpresikan atau mengaktualisasikan semua pengetahuan atau keterampilan yang baru saja ia kuasai. Anak terkesan lincah, aktif dan bersemangat. Tetapi begitu memasuki sekolah, kondisinya bertolak belakang dengan kondisi saat berada di rumah.

Lingkungan sekolah adalah lingkungan baru. Anak akan mencermati dulu siapa teman, guru atau orang lain yang berada dilingkungan sekolah, serta bagaimana sekolahan yang ia tempati. Semua membutuhkan proses penyesuaian diri. Ketika sedang mempelajari, daya pikiran anak terserap pada lingkungan yang cukup asing bagi dirinya itu. Alhasil, anak akan cenderung diam atau tidak aktif, hal itu menunjukkan bahwa dia sedang berusaha keras mengenal dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan barunya.

Penyesuaian diri setiap anak terhadap lingkungannya berbeda-beda. Anak yang mempunyai komunikasi bagus mam! pu lebih cepat menyesuaikan diri, mereka cenderung terbuka, mudah bergaul atau mudah diterima, sehingga rasa aman si anak lebih cepat diterima. Tetapi ketika si anak cenderung tertutup biasanya membutuhkan waktu pendampingan yang lebih lama, karena ia membutuhkan waktu tidak sedikit untuk mengenal dan mempelajari lingkungan barunya itu.

Sebagai orang tua, kita harus menyadari bahwa saat seperti ini adalah masa sulit bagi si kecil. Kondisi awal sekolah, bagi anak tertutup, adalah tekanan mental yang tidak ringan. Dorongan serta motivasi sangat dibutuhkan untuk perkembangan sosial emosional anak. Kesalahan sekecil apapun bisa berakibat tidak baik bagi psikologi anak. Bisa jadi si anak malas sekolah atau anak mogok sekolah. Oleh karena itu Dra Ratna Elyawati M.Psi pengasuh rub! rik psikologi anak tabloid Muslimah menyatakan 6 sikap yang se! baiknya dilakukan orang tua dalam menghadapi masa-masa sulit anak di awal sekolah :

1. Ciptakan imaginasi yang menyenangkan tentang lingkungan barunya tersebut.bila anak tampak mulai ceria dan bisa berkomunikasi dengan teman sekelas, beri dia pujian dengan mengatakan bahwa anda senang melihat dia bermain dengan anak lain.
2. Bila anak meminta anda menunggui saat awal sekolah, lakukan saja. Jangan menggantikan dengan orang lain yang tidak paham dengan kondisi anak. Sebab bila digantikan dengan orang lain maka perasaan tidak aman dan kebutuhannya akan dukungan tidak mendapatkan tanggapan secara tepat.
3. Menjelang tidur, persiapkan mental dia bahwa esok pagi anak akan sekolah dan akan mendengarkan cerita dari guru.
4. Saat anak rewel, jangan sekali-kali membentak, memarahinya, atau mencubit atau memukul, atau mengeluarkan kata-kata yang tidak menyenan! gkan. Bila hal ini terjadi maka perasaan tidak aman yang dimiliki anak menjadi semakin kuat.
5. Amati hari demi hari waktu menunggu anak sekolah. Bila terlihat anak sudah siap ditinggalkan, tanyakan dulu ke padanya. Tanyakan berapa hari lagi dia bisa ditinggal sendiri. Jangan sekali-kali menghentikan proses menunggu secara mendadak, sebab bila hal ini terjadi maka perasaan tidak aman akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya.
6. Untuk sementara informasikan pada guru untuk memberikan perhatian khusus. Bahkan jika dimungkinkan minta guru untuk sementara tidak menjadikan si anak sebagai focus perhatian, sampai anak merasa yakin dan aman untuk menjalankan aktivitas sesuai tuntutan sekolah.
7. Apapun yang terjadi dengannya, prinsip utamanya adalah terima dia apa adanya. Bimbinglah agar anak memperoleh kembali perasaan aman sehingga kemandirian bisa menonjol.

Membimbing anak apalagi pada saat-saat sulit akan membantu anak keluar dari kondisi yang tidak me! nguntungkan bagi dia. Oleh karena itu, sebagai orang tua yang ! baik, me mahami atau mengerti perkembangan sosial emosional anak apalagi dia awal sekolah akan membantu menentukan arah bimbingan agar pas dengan kondisi anak. Sehingga akan membuat anak nyaman dan cerdas dalam menempatkan diri pada masa sulit saat ini dan masa berikutnya.

Semoga bermanfaat.

• email
• facebook
• linkedin
• twitter
• reddit
• google+